Halaman

Kamis, 16 Januari 2014

Flu Singapura aka Penyakit Tangan Kaki Mulut

     Akhir-akhir di tempat kerja saya menemui beberapa orang tua membawa anaknya ke tempat saya bekerja di Panti Rahayu dengan keluhan demam dan muncul bercak-bercak merah di tangan dan kakinya. Beberapa dari mereka menanyakan tentang flu singapura, apakah benar bahwa anaknya terkena flu singapura. Saya berada di Bali, tempat dimana banyak wisatawan asing dari berbagai belahan bumi menjelajahi pulau kecil ini, tentu saja penyakit-penyakit semacam flu singapura juga bisa saja dengan mudah menyebar disini.


    Flu singapura merupakan nama yang muncul karena pemberitaan media ketika terjadi wabah sejak tahun 1997 di Australia, Singapura, Malaysia, Taiwan dan Jepang. Entah kenapa saat itu yang menjadi sorotan media Indonesia adalah negara Singapura yang baru terjadi wabah pada tahun 2000.

     Nama medis yang sebenarnya dari flu singapura adalah hand, foot and mouth disease(HFMD) atau dalam bahasa Indonesia Penyakit tangan, kaki dan mulut(PTKM). Penyakit ini sebenarnya sudah dikenal sejak dulu. Mulai sekarang saya akan menyebutnya PTKM.

     PTKM merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dari golongan coxsackievirus A dan enterovirus. Virus ini menyebabkan timbulnya erupsi vesikuler(bentolan kecil berisi air) di mulut, namun bisa juga di tangan, kaki, pantat dan/atau daerah genital. Virus ini bisa menginfeksi semua umur namun lebih sering pada bayi dan anak-anak. Gejala awal yang timbul adalah luka di mulut atau tenggorokan, lemah, muntah dan dari pemeriksaan bisa didapatkan lesi makular di mukosa mulut dan lidah, lesi ini segera berubah menjadi vesikel dikelilingi halo eritem. Demam 38-39 derajat C bisa terjadi 24-48 jam. Lesi-lesi(luka) dalam mulut inilah yang kadang membuat anak menjadi tidak nyaman untuk makan dan minum sehingga kondisinya semakin menurun. Pada PTKM yang disebabkan coxsackievirus gejalanya lebih ringan dan biasanya penyakit ini termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri. Namun pada PTKM yang disebabkan enterovirus kadang disertai dengan radang selaput otak(meningitis) atau radang otak(ensefalitis) yang membuat kondisi pasien lebih parah bahkan menjadi meninggal. Penanganan yang utama adalah mencegah terjadinya dehidrasi dengan terus memberikan air pada pasien, jika kesulitan maka harus dibuat jalur infus. Obat-obatan kebanyakan untuk mengurangi gejala seperti nyeri. Beberapa obat seperti IVIG dan milrinone menunjukkan ada manfaat terhadap infeksi virus ini pada beberapa penelitian.

      Penyebab:
Virus dari golongan Enterovirus dan Parechovirus merupakan satu keluarga dalam picornaviridae, keduanya memiliki kesamaan dalam penampakan klinis, biologis, dan epidemis namun berbeda gen. Enterovirus lebih banyak dilaporkan. Golongan enterovirus dibagi menjadi 5 sub-genera dengan masing-masing dibagi lagi dalam berbagai subtipe berdasarkan gennya.
  • Polioviruses – serotypes 1-3
  • Group A coxsackieviruses – serotypes 1-22, 24
  • Group B coxsackieviruses – serotypes 1-6
  • Echoviruses – serotypes 1-9, 11-21, 24-27, 29-33
  • Enteroviruses – serotypes 68-71 
PTKM paling sering disebabkan oleh coxsackievirus A16, namun bisa juga disebabkan oleh serotipe yang lain seperti A5, A7, A9, A10, B2, B5, dan EV71. Serotipe EV71 inilah yang terdeteksi terlibat dalam wabah mulai 1997. Virus-virus ini dapat menular melalui rute fecal-oral, kontak dengan lesi di kulit dan sekresi oral/mulut.

     Klinis:
Masa inkubasi PTKM berlangsung sekitar 1 minggu, dari sejak tertular hingga muncul gejala. Gejala awal yang dikeluhkan biasanya adanya suara serak dan ulkus di mulut dan tenggorokan. Kadang ulkus/luka pada mukosa tersebut bisa dilihat secara langsung berbentuk seperti sariawan. Muntah jarang terjadi, namun jika muncul bisa mengarahkan pada penyebab virus EV71.

Pada pemeriksaan akan ditemukan lesi makular muncul di dalam rongga mulut, mukosa pipi, lidah dan palatum durum. Lesi ini segera berkembang menjadi vesikel yang melebar dan dikelilingi halo eritem(kemerahan). Lesi yang dijumpai pada kulit berbentuk makula atau vesikel dengan dasar kemerahan. Lesi dijumpai umumnya pada tangan, kaki, pantat dan daerah genital.
Pemeriksaan dan pengamatan yang berkaitan dengan neurologis harus dilakukan untuk mencurigai keterlibatan proses neurologis. Perubahan status kesadaran, kelemahan pada tangan atau kaki, gerakan-gerakan abnormal atau kejang harus diperhatikan. Gejala lain yang menunjukkan penyakit cukup berat sehingga penderita perlu dirawat di rumah sakit antara lain : Hiperpireksia(demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C), Demam tidak turun-turun, Takikardia (nadi menjadi cepat), Takipneu(napas cepat), malas makan, muntah, atau diare berulang dengan dehidrasi, letargi, lemas, dan mengantuk terus, kelumpuhan pada saraf kranial, keringat dingin, fotofobia (tidak tahan melihat sinar), ketegangan pada daerah perut.

Komplikasi yang bisa terjadi pada penyakit ini adalah:
Meningitis (radang selaput otak) yang aseptik, Ensefalitis (radang otak), Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis, Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (Polio-like illness).

    Diagnosis Banding.
Penyakit-penyakit yang bisa memunculkan gejala yang mirip dengan PTKM diantaranya: Enterovirus, Erythema multiforme, Herpangina, Herpes simplex, Herpes Zoster, Kawasaki Disease, Faringitis viral, Toxic Epidermal Necrolysis.

     Pemeriksaan Laboratorium
Penegakan diagnosis PTKM umumnya berdasarkan klinis, tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium. Namun jika akan dilakukan pemeriksaan lab pada penyakit ini, sampel bisa diambil dari lesi di kulit atau mukosa dan dari sampel tinja. Deteksi virus dilakukan dengan cara serologis menggunakan Immuno histochemistry(in situ) dan Imunofluoresensi antibodi (indirek). Pembedaan coxsackie virus yang berhubungan dengan EV71 bisa berguna untuk prognosis. Pemeriksaan dengan PCR digunakan untuk mengidentifikasi RNA virus. Pemeriksaan spesifik di setiap rumah sakit berbeda-beda.

     Terapi dan Penanganan
Penanganan PTKM pada umumnya suportif saja. Faktanya, belum ada antivirus yang spesifik untuk agen penyebabnya. Pastikan cairan cukup untuk mencegah dehidrasi. Larutan yang dingin umumnya lebih baik. Hindari pemberian makanan yang asam dan pedas.

Terapi intravena atau infus kadang diperlukan jika pasien mengalami dehidrasi sedang hingga berat atau kesulitan saat makan. Demam diterapi dengan antipiretik, nyeri bisa diberikan analgesik baik yang peroral maupun topikal untuk mulut.
Pada beberapa penelitian pemberian imunoglobulin dan milirinone menunjukkan hasil yang baik.

     Prognosis
Pada umumnya penyakit ini sembuh dengan sempurna sehingga prognosisnya sangat baik.

    Pencegahan
Seperti virus pada umumnya, penularan virus ini juga cukup tinggi. Orang yang sakit PTKM masih dapat menularkan virus bahkan 7 hari setelah gejala menghilang. Karena itu jika anda atau keluarga anda terkena PTKM sebaiknya anda beristirahat di rumah saja atau minimalkan kontak dengan orang lain. Tutupi mulut dengan sapu tangan ketika batuk.
Jika anda adalah keluarga pasien atau orang lain dimanapun, selalu jaga kebersihan lingkungan dan tentu saja diri pribadi. Biasakan cuci tangan dengan menggunakan sabun untuk membunuh bakteri dan virus yang menempel di tangan.

Vaksin terhadap EV71 telah dikembangkan dan masuk ke ujicoba tahap 3 dan menunjukkan hasil yang memuaskan. Namun pengembangan vaksin ini masih berada di luar negeri, entah kapan masuk ke Indonesia.

     Sumber:
Medscape.com
UpToDate App.


Semoga informasi ini berguna. Salam Sehat semua.
Denpasar, 16-1-2014
dr Kristyawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar