Halaman

Rabu, 28 Desember 2011

Amandel aka Tonsila Palatina(Tinjauan anatomis)

     Amandel merupakan istilah yang akrab di masyarakat kita. Anak-anak sering yang dikatakan sakit amandel. Amandel atau dalam dunia kedokteran disebut tonsila palatina(tonsil yang ada di palatum{dinding atas belakang mulut}). Tonsila palatina berjumlah dua. Amandel/tonsil ini merupakan sebuah massa berbentuk oval yang merupakan jaringan limfoid yang terletak di dinding lateral orofaring diantara pilar anterior dan posterior. Ukuran sebenarnya dari tonsil ini lebih daripada yang tampak, karena permukaannya meluas ke atas ke palatum mole, kebawah ke basis lidah, dan ke anterior ke arkus palatoglossus. Sebuah tonsil palatina terdiri atas 2 permukaan(medial dan lateral) dan 2 polus(atas dan bawah).
      Vaskularisasi
        Tonsil mendapat aliran darah dari 5 arteri:
  • cabang tonsilar dari a. facialis. ini merupakan vaskularisasi utama
  • a. pharyngeal ascenden dari a. carotid externa
  • a. palatina ascenden, cabang arteri facialis
  • cabang lingua dorsal dari a. lingualis
  • cabang palatina descenden dari a. maksilaris
 Drainase Vena
        Vena dari tonsil akan bermuara ke vena paratonsilar yang bergabung dengan vena fasial komunis dan pleksus venosus pharyngeal.

Drainase cairan limfa
         cairan limfa dari tonsil dakan mengalir ke nodus-nodus limfe servikalis dalam yang superior.
Persarafan
       Saraf sensori di tonsil dihantarkan oleh n. palatina minus cabang dari ganglion sphenopalatina(CN V) dab n. glossopharingeus.


Fungsi Tonsil
        Tonsila palatina memiliki peran proteksi dan beraksi sebagai penjaga saluran masuk udara dan makanan, sama seperti massa limfoid pembentuk cincin Waldeyer yang lain. Adanya kripta di tonsil meningkatkan permukaan yang bersentuhan dengan substansi asing.
        Tonsil lebih besar pada saat kecil dan akan mengecil pada saat mendekati masa pubertas. Tonsil diambil jika menjadi sarang penyakit.


Untuk informasi tentang penyakit amandel/tonsilitis dan operasinya tunggu artikel berikutnya atau anda dapat meng klik link berikut yang mungkin bisa memberi informasi. Semoga informasi ini berguna saya menunggu saran, kritik, pertanyaan dan komentar anda. terimakasih.

http://pkukertosono.blogspot.com/2011/05/amandel.html
http://www.squidoo.com/cause-for-tonsil-stones



Sabtu, 22 Oktober 2011

Kondisi Umum/Performance status

Dalam dunia kedokteran(terutama onkologi/bagian kanker) kondisi umum atau performance status atau dapat diartikan status kinerja dinilai untuk menentukan kualitas hidup seseorang dan aktivitas kehidupan sehari-harinya. Penilaian ini nantinya akan digunakan untuk pertimbangan dalam menentukan dapat tidaknya seseorang mendapatkan kemoterapi, bagaimana penyesuaian dosisnya, dan intensitas terapi paliatif.

Ada beberapa sistem skoring yang digunakan untuk menilai kondisi umum ini, namun yang paling sering digunakan adalah Karnofsky's score dan ECOG score, untuk anak biasanya menggunakan Lansky's score.

Karnofsky's Score
Disusun oleh Dr. David A. Karnofsky dan Dr. Joseph H. Buchenal pada tahun 1949.
 100- normal, tidak ada keluhan, tidak ada bukti penyakit
90-- mampu melakukan aktivitas normal, gejala dan tanda minor dari penyakit
80-- aktivitas normal dengan usaha, gejala dan tanda penyakit (+)
70-- merawat diri, tidak mampu beraktivitas normal atau bekerja aktif
60-- kadang membutuhkan bantuan, tapi mampu merawat kebanyakan kebutuhan pribadi
50-- membutuhkan bantuan dan perawatan medis rutin
40-- lumpuh, membutuhkan asisten dan perhatian lebih
30-- lumpuh parah, indikasi mondok, meski kematian belum dekat
20-- sangat sakit, butuh perawatan di RS, butuh terapi suportif aktif
10-- sekarat, proses yang fatal berlangsung cepat
0  -- mati

ECOG/WHO/Zubrod's score 
ECOG = Eastern Cooperative Oncology Group, Zubrod dari nama dr. C. Gordon Zubrod seorang onkologis dari USA. Skore ini dipublikasikan oleh Oken et al. tahun 1982
0 – Asimptomatik, aktif sepenuhnya, mampu melakukan semua aktivitas tanpa hambatan.
1 – Simptomatik namun bisa sepenuhnya berjalan, kegiatan fisik terbatas dan bisa melakukan kerja ringan atau sehari-hari.
2 – Simptomatik, <50% berada di tempat tidur sepanjang hari, dapat berjalan dan merawat diri tapi tidak bisa melakukan aktivitas kerja.
3 – Simptomatik, >50% di tempat tidur, >50% jam terbangun, bisa merawat diri secara terbatas.
4 – lumpuh total, tidak bisa melakukan rawat diri apapun, sepenuhnya harus di tempat tidur atau kursi.
5 – Mati

Lansky score  
Ckoring ini digunakan untuk anak yang kesulitan mengekspresikan kualitas hidupnya atau membutuhkan observasi lebih lanjut, biasanya digunakan untuk anak <16 tahun. Skore ini disusun oleh Lansky et all pada 1987.
100 – aktif, normal
90  – hambatan minor pada aktivitas fisik berat
80  – aktif, tapi lebih cepat lelah
70  – hambatan lebih besar saat bermain dan waktu untuk aktivitas bermain kurang
60  – bisa beraktivitas, namun bermain minimal, lebih suka ikut dalam permainan yang tenang/santai
50  – banyak berbaring sepanjang hari, mampu berpakaian, tidak aktif dalam semua permainan
40  – terutama sering di tempat tidur, melakukan aktivitas yang tenang
30  – selalu di tempat tidur, butuh bantuan untuk permainan ringan/tenang
20  – sering tidur, aktivitas pasif
10  – tidak bermain, tidak keluar dari tempat tidur
0    –tidak responsif


Jadi jika kamu akan menilai kondisi umum seseorang/pasien, jangan lupa menebak-nebak skornya.

sumber:
en.wikipedia.org
www.aboutcancer.com

Kamis, 21 Juli 2011

Retensi Urin Akut

Retensi urin akut merupakan emergensi di bidang urologi yang paling banyak ditemui. Kebanyakan pasien laki-laki berumur lebih dari 60 tahun, dan kebanyakan disebabkan karena BPH[Benign Prostate Hyperplasia,*pembesaran kelenjar prostat yang jinak]. Pada laki-laki berumur 70 tahun insidensinya 10 persen dan pada umur 80 tahun meningkat menjadi sepertiganya.

ETIOLOGI/PENYEBAB
Retensi urin akut umumnya merupakan proses sekunder dari obstruksi, namun dapat juga disebabkan karena trauma, masalah neurologis, pengobatan, infeksi dan masalah psikologis. Pada pasien tua umumnya beberapa proses saling berinteraksi. Penyebab yang paling sering untuk retensi urin akut ini adalah berdasarkan urutan seringnya:
  1. BPH
  2. Konstipasi(sulit BAB)
  3. Kanker Prostat
  4. Striktura di uretral(bekas luka di saluran kemih)
  5. Pos operasi
  6. Penyakit neurologis
  7. Obat
  8. Infeksi saluran kencing
  9. Urolithiasis(batu di saluran kencing)
Faktor lain yang dapat berhubungan dengan retensi urin akut:
  • Keganasan - tumor di kandung kemih, keganasan lain yang menekan korda spinalis(saraf)
  • Phimosis dan paraphimosis
  • Massa di pelvis
  • Infeksi genitourinari - prostatitis akut, abses perianal, uretritis
  • infeksi lain - herpes genital, varisella zooster
  • Lain-lain - manipulasi anorektal, salah pemasangan kateter
 Patofisiologi/proses yang terjadi pada retensi urin:
  1. Obstruksi aliran keluar. Aliran urin dihalangi oleh obstruksi yang disebabkan karena faktor mekanik dan/atau dinamik. Faktor mekanik mengacu pada penyempitan saluran kemih dan berhubungan dengan volume prostat, massa, atau adanya striktura. Faktor dinamik mengacu pada tekanan di dalam saluran kemih. Ketika terdapat faktor mekanik berupa BPH, maka faktor dinamiknya berupa tonus kapsular prostat dan tonus otot kelenjar prostat tersebut.
  2. Gangguan neurologis. Retensi urin akut berkembang secara sekunder karena adanya gangguan nervus sensris dan motoris ke muskulus detrussor. Hal ini terjadi pada luka corda spinalis, penyakit neurologis progresif, neuropati diabetik, kecelakaan serebrovaskular, abses epidural dan metastasis epidural. Proses yang terjadi bisa karena kurangnya relaksasi otot sfingter vesika atau kurangnya kontraksi otot detrusor.
  3. Overdistensi. Terjadi ketika suatu kejadian yang memicu distensi kandung kemih akut dengan kontraksi otot detrusor tidak efisien. Kemudian dilakukan misalnya: tes cairan, distensi kandung kemih selama anestesi umum atau analgesi epidural tanpa pemasangan kateter.
  4. Pengobatan. Obat-obat yang menyebabkan retensi urin umumnya dari golongan antikolinergik dan simpatomimetik. Retensi urin karena obat ini sering terjadi pada pasien pos operasi dan pasien laki-laki tua dengan infeksi saluran nafas atas.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya retensi urin ini, biasanya mengarah pada BPH, adalah:
  • Usia - lebih dari 70 tahun
  • Skoring gejala - bisa menggunakan IPSS(International prostate symptom score)
  • Volume prostat - >30mL pada pemeriksaan USG prostat
  • Kecepatan aliran urin - <12ml/dtk
  • Peningkatan kadar PSA - >2,5
 Penampakan klinis yang dapat dilihat biasanya pasien merasa sakit atau tidak nyaman di bagian abdomen bawah atau suprapubik. Kejadian berlangsung secara akut(dalam beberapa jam, bukan hari). Pasien merasa tidak nyaman bahkan distres. Manifestasi ini biasanya tidak muncul pada retensi urin kronis, karena pada retensi urin kronis kurang terasa nyeri.

Evaluasi yang dilakukan pada pasien retensi urin akut dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab.
Anamnesis harus fokus pada riwayat retensi sebelumnya, operasi, kanker prostat, radiasi, trauma. Pada riwayat penyakit sekarang perlu digali informasi mengenai adanya hematuria(darah di urin), disuria, demam, nyeri punggung bawah, gangguan neurologis, rash. Pada pasien yang lebih muda, riwayat kanker, riwayat penggunaan obat IV, nyeri punggung bawah dan gangguan neurologis mengarahkan pada kompresi korda spinalis.
Pemeriksaan fisik harus meliputi hal-hal berikut. Palpasi abdomen bawah: teraba kandung kemih, palpasi dalam di suprapubik akan memacu rasa tidak nyaman. Pemeriksaan rektal, baik laki-laki maupun perempuan untuk menilai massa, pemadatan fecal, tonus sfingter ani, dan sensasi perineal. Pemeriksaan pelvis, terutama pada wanita. Pemeriksaan neurologis: kekuatan, sensasi, refleks, dan tonus otot.
Pemeriksaan lab yang penting adalah urinalisis dan kultur urin meskipun untuk mendapatkan sampelnya harus pasang kateter terlebih dahulu. Pemeriksaan lain untuk mengarahkan misalnya darah lengkap untuk infeksi, elektrolit dan kreatinin serum jika obstruksi lama, USG untuk massa pelvis.


to be continued.......

Jumat, 15 April 2011

KATARAK

Kata katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract, dan bahasa Latin Cataracta yang berarti air terjun. Air terjun berwarna putih, dan pada katarak penglihatan kabur seperti tertutupi air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keasaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau karena kedua-duanya. Penyebab katarak diantaranya genetik, kongenital, metabolik, traumatik, toksik dan senilis. Senilis adalah yang paling sering dijumpai dan berkaitan dengan proses degenerasi(penuaan). Katarak timbul karena sel lensa mata sangat rentan terhadap gangguan baik mekanik maupun hilangnya susunan kimia lensa, sedang sel lensa tidak mengalami pergantian dan dipertahankan selama hidup.

Epidemiologi
Di Indonesia katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling banyak, begitu juga di dunia. Saar ini setengah dari 45 juta kebutaan yang terjadi disebabkan oleh katarak. Di Indonesia pada tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan karena katarak sebesar 0,67%. Pada tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Tahun 2005 dilaporkan bahwa daerah pedesaan di Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di daerah Asia tenggara.

Selasa, 12 April 2011

Pemeriksaan Hertel Exophthalmosmeter

Pemeriksaan digunakan untuk menilai kemajuan bola mata pada wajah. Misalnya pada kasus exoftalmos atau proptosis. Alat yang digunakan seperti mistar dengan 2 bagian segitiga di kedua ujungnya.
Cara penggunaannya sederhana. Pertama kita harus menentukan ukuran baseline yang terlihat pada angka di penggaris dengan menempelkan ujung segitiga pada tepi kelopak mata(kantus?) kanan dan kiri. Catat angka yang ditunjukkan, dan angka ini akan digunakan pada pengukuran berikut-berikutnya.
Selanjutnya letakkan alat tes hertel di depan mata dan lihat secara sejajar. lihat(jika perlu dengan senter) di bagian dalam segitiga terdapat cermin yang memantulkan bayangan kornea dan terdapat angka untuk mengukurnya.

Lihat angka yang paling ujung pada pantulan kornea. Catat baseline dan hasil kedua mata. Perbedaan lebih dari 2mm antara kedua mata menandakan adanya masalah pada letak bola mata.

Katarak dan Terapinya

            Katarak adalah suatu kondisi dimana lensa mata yang tadinya jernih dan bisa ditembus cahaya menjadi keruh. Katarak biasanya berkaitan dengan penuaan. Katarak menyebabkan penurunan fungsi penglihatan dan kebutaan. Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia.
              Gejala katarak:
  •  Pandangan kabur, berkabut seperti melihat melalui mobil yang berembun.
  • Ukuran kacamata seperti berubah.
  • Pada siang hari merasa silau, cahaya berlebihan.
  • Penglihatan ganda pada saat mengemudi malam hari.
Terapi Bedah Katarak:

1. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular(EKEK)
Tindakan bedah lama  dengan membuat irisan lebar untuk mengganti lensa mata dengan lensa intraokuler yang tidak dapat dilipat. Irisan kemudian dijahit dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk penyembuhan.

2. Small Incision Cataract Surgery
 Operasi katarak dengan bedah insisi kecil  dan menggunakan jahitan yang minimal. menggunakan lensa intraokular yang tidak dapat dilipat dan dimasukkan melalui lubang irisan yang normal. Waktu penyembuhan tidak terlalu lama.

3. Phacoemulsifikasi
Tehnik operasi  katarak phacoemulsifikasi merupakan tehnik yang paling baru tanpa memerlukan penjahitan dengan lubang yang dibuat sekecil 3 mm di sisi kornea. Getaran ultrasonik akan menghilangkan katarak. Lensa intraokular yang dapat dilipat dimasukkan melalui insisi kecil tersebut. Waktu pemulihan sangat singkat.

4. Yag Laser
Untuk mengatasi katarak sekunder.

Senin, 11 April 2011

CONTOH PENGISIAN STATUS OFTALMOLOGIS

I.            ANAMNESIS
a.       Keluhan Utama


ü Mata merah
ü Kabur mendadak
ü Nyeri
ü Mata sangat gatal
ü Penglihatan dobel
ü Kesulitan membaca
ü Buta senja
ü Kelopak mata atas menutup
ü Tidak bisa menutup mata
ü Melihat seperti benda beterbangan
ü Mata serasa mengganjal
ü Benjolan di kelopak



b.      Riwayat Penyakit Sekarang
ü Sejak kapan keluhan muncul
ü Sifat keluhan: menetap, hilang timbul, membaik/memburuk dengan apa.
ü Sudah berobat? Kemana, diberi apa, membaik/menetap/memburuk?

c.       Riwayat Penyakit Dahulu
ü Operasi mata
ü Trauma mata
ü Infeksi mata
ü Konsumsi obat-obatan, dll.

d.      Riwayat Penyakit lain-lain
ü Diabetes mellitus
ü Hipertensi
ü Alergi

e.       Kesimpulan Anamnesis
ü Tulis kesimpulan secara ringkas dan lengkap sehingga dari kesimpulan dapat mengarah ke diagnosis

f.       Kesan Umum: Kesakitan, penglihatan sangat rendah, menderita, dll.


II.            STATUS GENERALIS
a.       Keadaan Umum: baik, lemah, dll
b.      Kesadaran: Compos mentis, kesadaran menurun, dll.
c.       Tanda Vital: Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Suhu.


III.            STATUS OFTALMOLOGIS OD & OS
a.       Pemeriksaan Subyektif
ü Visus: gunakan kartu snellen dalam jarak 6 meter, jika tidak bisa gunakan hitungan jari/Finger counting(FC, 1/60), lambaian tangan/hand movement(HM, 1/300), atau dengan cahaya(light perception/LP, 1/~), NLP(no light perception, visus nol, buta total). Persepsi warna dan proyeksi sinar. Pada anak-anak perhatikan S(steady), C(central), M(movement).

b.      Pemeriksaan Obyektif
ü Supersilium: Hitam, beruban, rapat, renggang, rontok, dll. Bertemu antara kanan dan kiri pada glabella disebut sinofris.
ü Palpebra: normal, edema, hematom, spasme, ptosis, simblefaron. Ankiloblefaron, blefarokalasis, lesi-lesi lain.
§      Khalazion, hordeolum internum, hordeolum eksternum, ukuran, letak, nyeri tekan, dll.
§      Tepi palpebra: blepharitis, koloboma, trikiasis, distikiasis, entropiom, ektropion, retraksi dll.
§      Celah palpebra: normal, lebih besar(eksoftalmos, proptosis, retraksi palpebra), lebih sempit(ptosis, blefarospasmus, dll).
ü Apparatus Lakrimalis:
§      Glandula lakrimalis: membesar, radang, nyeri tekan.
§      Pungtum dan kanalikulus lakrimalis: normal, menonjol, merah, sekret, tertutup.
§      Sakus lakrimalis: normal, bengkak, merah, nyeri tekan, uji regurgitasi keluar apa(pus, darah, sekret)
§      Duktus nasolakrimalis: normal, tersumbat(ada gejala nrocos atau epifora).
ü Bola mata:
§      Ukuran: normal, mikroftalmos, makroftalmos, buftalmos atau hidroftalmos, anoftalmos, krifoftalmos.
§      Posisi: sentral, sejajar, juling, menonjol(eksoftalmos, proptosis), enoftalmos.
§      Gerakan: bebas ke segala arah, bebas terbatas, terbatas ke arah mana.
ü Konjungtiva:
§      Konjungtiva bulbi: normal, injeksi konjungtiva(CI), injeksi perikornea(PCI/injeksi silier, bedanya?), pseudomembran, membran, kemosis, sekret(serus, mukus, seromukus, mukopurulen, fibrinous, sanguinous), perdarahan subkonjungtiva, melanosis, nevus, pterigium, pingeukulum, kista epidermid, simblefaron.
§      Konjungtiva palpebra: superior(tarsalis), inferior, normal, hiperemi
§      Konjungtiva forniks(hanya inferior): normal, hiperemis, edema, sekret, reaksi papiler, reaksi folikuler, lain-lain.
§      Plika semilunaris dan karunkula: normal, hiperemis, edema.
ü Kornea:
§      Ukuran: normal, diameter, mikrokornea, makrokornea, keratokonus, keratoglobus, kornea plana, stafiloma, edema, infiltrat, lipatan descement, robekan descement.
§      Kejernihan: jernih, keruh.
§      Permukaan: licin, kasar, kering.
§      Limbus: pterigium, pseudopterigium, arkus senilis, lain-lain.
§      Lokasi infiltrat: sentral,parasentral, midperifer, perifer.
§      Bentuk infiltrat/kelainan: punktata, numularis, geografik, dendritik, dll.
§      Ulkus: letak, luas, tepi ulkus.
§      Sikatrik: nebula, makula, laukoma, laukoma adheren, stafiloma.
§      Tes Placido : normal(konsentris kntinyu, batas tegas, jarak seimbang), abnormal misalnya terputus, bergetar, jarak tidak seimbang(sentral lebih rapat pada kornea plana, sentral lebih longgar pada keratokonus dan keratoglobus).
§      Uji fluoresin: positif, negatif.
§      Uji Schirmer: berapa mili meter pembasahan kertas Wathmann.
§      Keratik presipitat(KP)
ü Sklera:
§      Warna: normal putih, skleritis, episkleritis, menipis, stafiloma, sklera biru, nevus, dll.
ü KOA: sudut bilik mata depan dalam/dangkal, akuous jernih, flare dan sel, fibrin, hipopion, hifema.
ü Iris/Pupil: diameter, isokor atau anisokor, reaktivitas, refleks cahaya direk dan indirek, sinekia anterior perifer, sinekia posterior, atrofi iris, heterokromia, rubeosis iridis. Miosis, midriasis.
ü Lensa:
§      Ada: jernih, kekeruhan dan lokasi kekeruhan(nuklear, kortikal, subkapsularis anterior/posterior)
§      Ada: keruh tipis, keruh merata, kekeruhan sangat tebal, warna kekeruhan: putih, coklat, kekuningan.
§      Tidak ada: afakia, pseudofakos.
§      Kelainan letak: subluksasi(dislokasi), luksasi(anterior, posterior).
ü TIO: Normal, tinggi, rendah. Pemeriksaan: palpasi, aplanasi Goldmann, non kontak
ü Refleks Fundus: cemerlang, redup, gelap(negatif), apa sebabnya?

c.       Funduskopi
ü Media         : jernih, ada kekeruhan(vitreous cell, perdarahan)
ü Papil           : normal, atrofi, edema papil, edema papil akibat tekanan intrakranial meningkat.
ü Makula       : refleks fovea cemerlang, edema, hole, eksudat radang, perdarahan, eksudat keras, eksudat lunak, atrofi RPE.
ü Retina         : normal, eksudat keras, eksudat lunak, ablasio retina, perdarahan intraretina, perdarahan preretina, perdarahan subretina.

d.      Kesimpulan Pemeriksaan
ü Tulis kesimpulan pemeriksaan secara ringkas dan lengkap sehingga dari kesimpulan ini dapat mengarah ke diagnosis.
e.       Diagnosis: Tulis diagnosis sesuai dengan ICD 10

IV.            PEMERIKSAAN PENUNJANG
ü Refraksi: autorefraktometri, keratometri
ü COA   : USG A-Scan dan B-Scan, Biomikroskopi
ü Sudut iridokornea: gonioskopi
ü Segmen Posterior: Oftalmoskopi indirek, Foto fundus, OCT(Optical Coherence Tomography), USG pada saat segmen anterior keruh, Retinometri, Biometri


V.            TERAPI
a.       Terapi kausal: antibiotik, antivirus, antijamur, antiparasit, kortikosteroid, NSAID, antiglaukoma, dll.
b.      Terapi simptomatik: analgetik, antipiretik, miotikum, midriatikum, siklopegikum, dll.


VI.            PROGNOSIS(baik, dubia ad bonam, dubia ad malam, buruk)
a.       Ad Visam     : fungsional
b.      Ad Sanam    : sanationam, kambuh/terjadi kembali
c.       Ad Vitam     : fungsi vital/kehidupan
d.      Ad Kosmetikam: kosmetika/estetis


*Untuk penemuan kelainan yang menjadi pokok dalam status agar dibuat deskripsi selengkap-lengkapnya.

 Sumber: 
Hartono, Muh. Ali Faisal, Nur Shani Meida. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
Download contoh status koas disini, disini, dan disini..
Download contoh pengisian status koas disini

Kamis, 07 April 2011

TERAPI GLAUKOMA

Tujuan terapi glaukoma untuk pasien dan dokter sebenarnya sama, namun kadang mereka mendekatinya dengan perspektif yang berbeda. Kebanyakan pasien dengan glaukoma datang ke oftalmologis(spesialis mata) pada kunjungan reguler karena mereka mengerti bahwa mereka memiliki penyakit dengan potensi kebutaan yang membutuhkan pemenuhan pemeriksaan dan terapi. Tujuan utama pasien adalah menjaga penglihatan(lapang pandang)nya. Tujuan jangka pendek oftalmologis adalah untuk mempertahankan struktur fungsi yang berdasarkan anatomi untuk melihat. Pada saat merawat pasien, oftalmologis perlu mengambil pemahaman baru mengenai faktor resiko seperti konsep baru, misalnya bahwa penuaan adalah faktor resiko utama untuk glaukoma.

Untuk menstabilkan atau meminimalkan kerusakan pada struktur dan fungsi terdapat 3 pendekatan terapi:
1.         Menurunkan tekanan intraokular(TIO) hingga atau di awah batas aman yang mempertahankan atau menurunkan proses penyakit sehingga pasien mendapat pemeliharaan yang konsisten terhadap tajam penglihatan dan lapang pandang dengan kegiatan harian mereka. Nervus optik yang berbeda menuntut penurunan TIO yang berbeda untuk menahan progresifitas. TIO yang sama tidak sesuai untuk semua nervus optik. Target TIO membuat dokter harus melacak pasien dari setiap kunjungan, tetapi harus disadari bahwa hanya ada sedikit data untuk menentukan target TIO.
2.         Mempertahankan dan secara teoritis meningkatkan perfusi(aliran darah) ke nervus optikus dan retina. Faktor vaskular memainkan peran penting dalam mempertahankan kesehatan nervus optikus.
3.         Melindungi kepala nervus optikus dan sel ganglion retina dari mediator kimia dan agen perusak lain yang mungkin meningkatkan TIO, menurunkan vaskularisasi, dll. Perlindungan saraf adalah tujuan akhir dari semua terapi glaukoma.

Pilihan terapi glaukoma yang ada:
1.      Terapi dengan obat-obatan
2.      Laser
3.      Bedah

Terapi dengan obat
Pengobatan disesuaikan pada temuan setiap pasien-TIO, lapang pandang, dan tampakan diskus optikus- dan tipe glaukomanya. Kebanyakan pasien dengan glaukoma sudut terbuka kronis dan diterapi dengan obat dan tidak membutuhkan bedah untuk mengalirkan aqueus. Tujuan dari pengobatan adalah mencegah peningkatan defek pada cup disk atau lapang pandang.
Pilihan obat:
Kelas Obat
Metode aksi
Efek samping
Contoh
Beta blocker
Menurunkan produksi aqueus humor
Bradikardi/blok jantung
Bronkokonstriksi
Depresi
Impotensi
Timolol
Betaxolol
Carteolol
Levobunolol
Miotik(parasimpatomimetik)
Meningkatkan aliran melalui trabekular meshwork
Pandangan kabur
Sakit kepala
Nyeri pada mata
Pilocarpine
Inhibitor karbonik anhidrase
Menurunkan produksi aqueus humor
Malaise
Depresi
Metallic taste
Dorzolamide
Brinzolamide
Acetazolamide
Alpha-1 agonist
Menrunkan produksi aqueus
Meningkatkan aliran uveosklera
Alergi
Mulut kering
Letih lesu
Brimonidine
Apraclonidine
Agonis prostaglandin
Meningkatkan aliran uveosklera
Meningkatkan pigmen iris
Pertumbuhan bulumata
Edem makular
Latanoprost
Travoprost
Docosanoid
Meningkatkan aliran uveosklera
Alergi
Mual
Kongesti nasal
Unoprostone
Prostamide
Meningkatkan aliran uveosklera
Alergi
Bimatoprost
Agonis adrenergik
Meningkatkan aliran uveosklera
Jarang digunakan sekarang
Epinefrin
Dipivinyl ephinephrine

Terapi Laser
Iridotomi periferal. Pilihan prosedur untuk mencegah glaukoma sudut tertutup atau setelah sebuah serangan akut yang gagal dengan pengobatan. Sebuah lubang laser YAG pada iris mengalirkan aqueous dari ruang posterior ke anterior.
Cyclodestruction. Laser diode (biasanya) ke corpus siliaris untuk mengurangi produksi aqueous.
Trabekuloplasti laser argon. Laser ke trabekular meshwork untuk meningkatkan aliran aqueous.

Terapi Bedah
Iridektomi perifer. Digunakan pada glaukoma sudut tertutup akut(AACG) ketika laser tidak memungkinkan.
Trabekulectomi. Standar bedah glaukoma untuk menyaring aqueous dari KOA ke ruang subkonjungtiva, digunakan paling banyak pada glaukoma sudut terbuka. Antimetabolit seperti 5-fluorouracil dan mitomycin C digunakan untuk mengatur penyembuhan konjungtiva dan meningkatkan keberhasilan. Resiko diantaranya katarak, hypotony, infeksi dan bleb leakage.
Alat/selang drainase. Selang silikon dimasukkan ke dalam KOA dan dihubungkan ke silikon di ruang subknjungtiva untuk mengalirkan aqueous. Digunakan jika trabekulektomi gagal, misalnya pada glaukoma kongenital dan beberapa glaukoma sekunder.
Sklerotomi dalam. Pembelahan sklera dan atap kanalis schlemm dihilangkan. Tidak ada penetrasi ke KOA sehingga komplikasi lebih sedikit, tetapi kurang mengontrol TIO.
Viscocanalostomy. Sklerotomi dalam dengan tambahan pembukaan secara mekanik kanalis schlemm dengan injeksi cairan dengan viskositas tinggi.


*WARNING
AACG/acute angle-closure glaucoma/glaukoma sudut tertutup akut adalah sebuah kasus emergensi. AACG membutuhkan terapi obat, laser dan bedah. Penanganan segera adalah obat untuk menurunkan TIO dan mencegah serangan penutupan sudut. Penanganan:
·         Berikan inhibitor karbonik anhidrase(acetazolamide 500mg) intravena untuk menghentikan produksi aqueous.
·         Acetazolamide oral mungkin dibutuhkan dalam 24 jam.
·         Pilocarpin mungkin dibutuhkan untuk menghentikan serangan, tapi tidak banyak digunakan.
·         Agen topikal  lain mungkin membantu menurunkan TIO (misal timolol atau iopodine)
·         Untuk mencegah serangan selanjutnya: pilocarpine tetes(2-4%) digunakan pada kedua mata untuk mengecilkan pupil sebagai tindakan sementara. Iridotomi laser bilateral harus dilakukan untuk pencegahan permanen.
·         Trabekulectomi jarang diperlukan.


Poin-poin penting:
·         Kebanyakan glaukoma sudut terbuka primer diterapi dengan obat.
·         Trabeculectomi menurunkan TIO dengan mengalirkan aqueous ke saluran subkonjungtiva dimana cairan tersebut diserap.
·         Bedah diindikasikan untuk penyakit progresif pada glaukoma sudut terbuka primer.
 


Referensi:
Olver, Jane & L. Cassidy. 2005. Ophthalmology at A Glance. Massachusetts: Blackwell Science Ltd.
Schacknow, Paul N & John R. Samples, Ed. 2010. The Glaucoma Book. London: Springer.