Halaman

Sabtu, 11 Januari 2014

INTO THIN AIR



Judul buku : Into Thin Air
Pengarang : Jon Krakauer
Penerbit asli : Anchor books, NY
Penerbit terjemahan : Qanita
Tahun : 1997

Sebuah kisah nyata mengenai pendakian ke puncak Everest yang dialami oleh Jon Krakauer. Jon Krakauer adalah seorang kontributor majalah Outside, dan tentu saja seorang pendaki gunung. Berbagai tulisan tentang penjelajahan alam telah ditulisnya dan muncul di berbagai majalah terkenal. Ia menceritakan kembali kisah perjalanannya ke puncak Everest karena merasa tidak puas dengan tulisan yang telah ia buat untuk Outside dan untuk menghilangkan pengalaman pahit dan perasaan tidak enaknya terhadap Everest.
Di awal kisah pembaca akan diperkenalkan dengan yang namanya Everest, dari mulai penemuannya pada tahun 1852 hingga penaklukannya 101 tahun kemudian. Everest, yang oleh orang Sherpa(suku asli yang tinggal di kaki gunung Everest) dinamakan Sagarmatha telah membius banyak pendaki dari seluruh penjuru dunia untuk menaklukkannya. Sagarmatha yang berarti Dewi Langit sangat dihormati oleh orang-orang Sherpa yang beragama Budha, setiap pendakian akan ada upacara terlebih dahulu.
Jon Krakauer adalah salah seorang pendaki yang juga terbius untuk menaklukkan sang Sagarmatha. Namun keinginan itu terbenam melihat besarnya dana dan resiko yang harus ditanggung apalagi dengan kehidupannya sekarang yang sudah nyaman. Namun, kesempatan itu muncul ketika Outside menawarkannya untuk mendaki bersama pemandu kawakan untuk melaporkan kisah perjalanan pendakian ke puncak tertinggi di dunia.
Awalnya sedikit membingungkan ketika Jon membawa pembaca melompati waktu dari kisah Everest lalu ke puncak Everest dan kembali ke saat ketika dia ditawari Outside. Kebingungan yang berakhir pada pengambilan kesempatan itu membuat Jon mempersiapkan fisiknya untuk mendaki, bukan hanya untuk menjadi wartawan namun menjadi salah satu klien dari perusahaan pendakian yang ada. Everest kini menjadi semacam komoditas dimana ada berbagai perusahaan yang menawarkan pengalaman mendaki Everest dengan pemandu dan para Sherpa dengan harga minimal 65ribu dollar saat itu. Setelah usaha penaklukan Everest banyak warga Sherpa yang menjadi anggota tim pendaki untuk sekedar membawakan barang atau membantu hingga puncak.
Tiba di Nepal Jon bergabung dengan anggota tim lainnya yang sama sekali belum kenal dan akan menjadi 1 tim dalam pendakian yang berbahaya. Dari sini Jon menjelaskan dengan detail segala persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pendakian hingga persiapan sebelum ke puncak. Perjalanan menuju basecamp yang cukup sulit, dan program aklimatisasi untuk adaptasi tubuh mereka terhadap udara tipis yang miskin oksigen diatas sana. Dari program aklimatisasi itupun sudah membuat beberapa pendaki kelelahan. Banyak resiko yang ditanggung pendaki disana dari hal mekanis karena tempat yang terjal dan bersalju, hingga berbagai penyakit akibat ketinggian seperti HAPE(High Altitude Pulmonary Edema) dan HACE (High Altitude Cerebral Edema) serta frozen bite akibat udara yang terlalu dingin.
Setelah selesai program aklimatisasi dan pembagian giliran dengan tim lain untuk tanggal pendakian, meski akhirnya ada yang tidak patuh, akhirnya tiba waktunya tim Jon untuk mendaki tanggal 10 Mei 1996. Segala perjuangan, kerja sama, aturan, dan resiko menuju puncak dia ceritakan dengan detail, masa ketika dinginnya udara membuat mereka tak bisa berpikir cepat.
Pada akhirnya Jon mencapai puncak, namun ini bukan klimaks cerita yang ingin disampaikan Jon. Perjalanan turun lebih sulit dan beresiko daripada naik. Dalam perjalanan turun inilah berbagai kejadian menegangkan terjadi. Badai yang menyerang membuat perjalanan makin sulit, masa ketika mereka bisa salah mengenali orang, ketika jalan tidak terlihat dan anggota tim lain sudah terlalu lemah. Ketika itu anggota tim sebagian sudah terpencar. Jam turun yang sudah ditetapkan dilanggar. Tindakan orang anggota tim lain yang terlihat egois. Pilihan antara menolong orang lain atau menyelamatkan diri. Tindakan heroik untuk menerjang badai mencari anggota tim yang lain. Semangat hidup yang membuat seorang yang dianggap tidak akan bertahan ternyata bangun lagi dari komanya dan berdiri sekalipun tangan dan wajahnya membeku. Dalam kondisi ini setiap detik sangat berarti.
Setelah sampai di camp akhirnya diketahui delapan rekan mereka tewas termasuk sang pemandu yang tersohor. Saat Jon sadar bahwa ia salah mengenali orang, masing-masing dari mereka yang bertahan sadar ada kesempatan untuk menolong orang yang sebenarnya tadinya berada dekat jalurnya. Kejadian itu telah tersebar, dan begitu sampai di basecamp dan hotel tempatnya menginap ia langsung dihadapkan banyak wartawan dari berbagai negara yang menginginkan kisah perjalanannya yang maut dan menyisakan banyak kesedihan. Perjalanan yang menelan cukup banyak korban ini tidak membuat kapok manusia, beberapa hari sesudahnya beberapa tim penaklukan mulai mendaki dari jalur yang berbeda, dan juga menelan korban.
Kisah Jon tidak berakhir sampai disitu, segala hal yang telah terjadi terus menghantui hidupnya. Ketakutannya ketika harus berhadapan dengan istri dan keluarga teman sependakiannya yang telah tewas. Dan kisah ini ia akhiri dengan berbagai akibat yang telah ditimbulkan pendakian everest terhadap beberapa pendaki dan keluarga yang telah ditinggalkan.
Kemudian apakah benar bahwa bencana itu terjadi karena kelakuan para klien yang menodai kesucian sang Sagharmata seperti yang dipercayai para Sherpa atau murni karena kecerobohan manusia? Apakah akhirnya Jon bisa mengatasi ingatannya akan Sagharmata?
Banyak inspirasi yang datang dari kisah ini, ketika kebijakan pengambilan keputusan lebih dibutuhkan daripada pencapaian puncak. Penyadaran bahwa kita mencari sesuatu yang berharga dan ternyata itu adalah yang kita tinggalkan dalam pencapaian puncak itu. Temukan lebih banyak lagi dengan membacanya dan jangan lupa berikan komentarmu

*NB: artikel ini merupakan kopi dari artikel saya dari blog yang lain yang akan ditutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar