Halaman

Kamis, 20 Maret 2014

Jatuh Cinta dalam Pandangan Medis

Sebuah artikel dari sebuah majalah sempat menarik perhatian saya. Majalah khusus perempuan yang sudah lama tersebut tergeletak di rak meja kerja saya. Sebuah artikel berjudul "saat otak bicara seks dan cinta" menarik perhatian saya untuk membaca sampai habis dan menelusur lebih jauh. Hampir semua manusia pasti tertarik dengan pembahasan cinta dan seks,... iya kan? Buktinya lagu-lagu sekarang kebanyakan bercerita tentang cinta dan kadang menyerempet tentang seks. Namun dalam artikel ini akan lebih banyak dibahas tentang proses dalam otak kita ketika kita mengalami apa yang dinamakan sensasi jatuh cinta, sensasi yang membuat ketagihan semua orang hingga membuat mabuk atau melumpuhkan logika kata pak Mario Teguh. Tulisan saya berikut kebanyakan berasal dari artikel dalam majalah tersebut. Beberapa sumber lain akan saya sertakan untuk menambah informasi yang ada.

Artikel tersebut diambil dengan narasumber Ryu Hasan. Siapa dia? Beliau adalah seorang ahli bedah saraf atau bahasa kerenya neurosurgeon. Beliau cukup aktif di dunia maya terutama twitter, coba saja cari di mbah google masing-masing. Nama asli beliau dr. Roslan Yusni Hasan, SpBS. Selain sebagai ahli bedah beliau juga mengajar dibeberapa tempat. Informasi ini saya dapatkan juga sekilas berselancar dengan google, untuk lebih mengenal beliau silahkan cari sendiri-sendiri.

 Chemistry kata asing yang digunakan penulis artikel untuk menarik perhatian. Sering kita dengar kata chemistry berkaitan dengan yang namanya cinta. Apalagi memilih pasangan atau jodoh, harus ada chemistrynya. Apa benar chemistry itu ada? Padahal ketika diterjemahkan secara gamblang dalam bahasa indonesia artinya adalah kimia atau proses kimia. Jadi ketika anda bilang "aku merasa ada chemistry dengan orang itu" artinya "aku merasa ada proses kimia dengan orang itu". Agak terdengar aneh kan ya. Namun pernyataan itu sebenarnya benar. Chemistry bukan berarti jodoh namun sebuah proses kimia yang jika dikaitkan dengan cinta maka lokasinya adalah di otak, organ seksual terbesar manusia. Proses-proses kimiawi yang terjadi secara fisiologis di dalam otak inilah yang membuat kita merasa jatuh cinta... berjuta rasanya...


Menurut dr Ryu Hasan dalam artikel tersebut disebutkan bahwa manusia telah berevolusi sehingga didalam gennya terdapat suatu daftar preferensi tentang kriteria fisik, karakter dan sebagainya. Ketika seseorang baik laki-laki maupun perempuan bertemu dengan kriteria yang sesuai dengan preferensinya maka reaksi-reaksi kimia akan muncul di dalam otaknya.

Senyawa kimia yang bereaksi didalam otak tersebut dikenal dengan neurotransmiter. Senyawa yang berfungsi sebagai alat komunikasi antar sel saraf. Ada banyak sekali jenis neurotransmiter di dalam otak kita, masing-masing memiliki fungsi dan peran yang berbeda.

Ketika dua orang yang saling suka bertemu dan merasa "klop" dan saling memberikan tanggapan positif, ketika itulah sebuah neurotransmiter bernama dopamin dilepaskan diotak. Banjir dopamin inilah yang membuat orang merasakan sensasi jatuh cinta... berjuta rasanya. Pada masa inilah rasionalitas akan tertekan. Segala hal akan dilakukan demi pasangannya tersebut. Gunung kan kudaki lautan kusebrangi, hanya untuk melihat sosok yang disukainya. Tahap inilah dimulainya cinta melumpuhkan logika. Pada beberapa blog tahap ini disebut sebagai tahap ketertarikan.

Tahap berlanjut dengan dikeluarkannya neurotransmitter yang lain bernama endorfin. Endorfin bersifat adiktif, berefek euforia atau merasakan kebahagiaan yang berlebihan. Zat inilah yang membuat orang merasa tetap berenergi meskipun tidak makan dan tidak tidur demi bertemu sang pujaan hati. Lautan bahagia dari tahap sebelumnya akan menjadi tsunami cinta. Pada pria poses inilah yang terjadi dengan rentetan zat testosteron-dopamin-endorfin. Sedangkan pada perempuan akan terjadi rentetan testosteron-dopamin-oksitosin. Oksitosin inilah yang dikeluarkan ketika seorang perempuan nyaman dibelai, dipuji dsb. Oksitosin yang keluar berefek pada timbulnya rasa percaya, dan rasa butuh terhadap pria tersebut. Efek oksitosin mirip dengan efek endorfin yang menyebabkan bahagia berlebihan, kepercayaan yang dipengaruhi oleh oksitosin ini bersifat berlebihan. Inilah yang membuat perempuan yang jatuh cinta kadang lebih percaya dengan pria yang disukainya meskipun baru saja bertemu daripada dengan keluarga atau sahabat-sahabatnya. Ya kalau prianya baik-baik, kalo ga? ketipu deh.. ini yang berbahaya. Perpisahan dengan pasangan ketika kadar oksitosin yang masih tinggi akan menyebabkan kegelisahan yang luarbiasa bahkan terasa seperti depresi.

*catatan penting untuk orang tua atau sahabat yang tidak setuju dengan pasangan anaknya atau sahabatnya, jangan langsung memisahkan mereka, biarkan proses berjalan namun dengan kendali yang cukup. karenaaaa....

Masa ini akan berlalu, zat-zat yang diproduksi dalam proses jatuh cinta tidak akan bertahan selamanya. Setelah beberapa bulan hingga 1 tahun, produksi dopamin, endorfin dan oksitosin akan berangsur-angsur kembali normal sehingga rasa-rasa yang berjuta tadi juga perlahan akan menghilang. Logika akan kembali mengambil alih pemikiran. Pada masa inilah, yang namanya cinta sesungguhnya diuji.

Bagian-bagian otak juga mempengaruhi respon manusia terhadap adanya neurotransmitter. Bentuk yang berbeda dari bagian tersebut membuat perbedaan pada laki-laki dan perempuan. Misalnya amigdala, bagian otak yang mengatur perilaku seksual dan sosial, pusat ego. Ketika terjadi banjir dopamin di dalam otak amygdala terpengaruh sehingga seseorang menjadi sangat egoistis dan posesif. Amygdala laki-laki umumnya lebih besar daripada pada otak perempuan sehingga sifat-sifat egoistis dan posesif tersebut lebih banyak dan besar muncul di laki-laki.
Bagian lain yang dipengaruhi dalam proses jatuh cinta adalah orbito frontal cortex(OFC) yang memiliki efek rasa pengorbanan(altruisme). Baik laki-laki maupun perempuan memiliki OFC, namun umumnya lebih dominan pada perempuan. Makin tinggi dominasi OFC membuat seseorang cenderung  lebih setia bahkan ketika "tsunami cinta" telah berlalu.

Demikian sekilas informasi dari saya, semoga dengan menyadari proses yang terjadi dalam diri kita, kita menjadi lebih bijaksana untuk mengambil keputusan. Hati-hati bertindak ketika anda jatuh cinta.


Denpasar, 20-03-2014
AK Novianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar