Halaman

Rabu, 19 November 2014

Menaikkan BBM atau Menurunkan Subsidi?

Hari Selasa 18 November 2014 kemarin Presiden baru kita pak Jokowi mengumumkan ditingkatkannya harga BBM sebesar 30%, untuk mengalihkan anggaran ke hal-hal yang lebih banyak langsung membantu orang tidak mampu. Dalam sehari itu juga langsung muncul berbagai penolakan dari berbagai kalangan berbagai daerah di Indonesia. Dari berita di TV yang saya ikuti, yang tampaknya sedikit tidak berimbang, protes kebanyakan berasal dari mahasiswa yang demo hingga memakan korban, demo-demo anarkis yang dilakukan oleh, katanya, mahasiswa.
Kenapa saya mengambil judul menaikkan BBM atau menurunkan subsidi? padahal 2 hal tersebut menunjukkan suatu proses yang sama yang selama ini terjadi. Namun sangat berbeda pola pikir yang mendasarinya. Media 2 hari ini, dan orang-orang yang berdemo dan protes selalu menggunakan kata menaikkan BBM. Berikut saya bahas perbedaannya.
Menaikkan BBM, berorientasi pada BBM. BBM adalah keperluan pribadi/perusahaan untuk menjalankan moda transportasi untuk melakukan fungsi perpindahan. Garis bawahi bahwa BBM adalah beban pribadi, artinya ketika BBM naik beban pribadi menjadi naik, artinya harus menyisihkan lebih banyak anggaran pribadi perbulannya, untuk pengguna BBM bersubsidi tentunya. Tapi ini juga tidak berlaku untuk semua orang.
Menurunkan Subsidi, berorientasi pada SUBSIDI. Subsidi adalah pemberian cuma-cuma untuk seluruh rakyat Indonesia dalam pembelian bensin dan solar, tanpa pandang keperluan. Anda mau untuk usaha, untuk pergi ke kantor, atau keliling kota tanpa jelas arah tujuan. Apapun alasannya selama anda beli BBM bersubsidi sebagian dibayari negara. Yang harus digarisbawahi adalah SUBSIDI merupakan BEBAN NEGARA, saya ulang beban NEGARA. Ketika subsidi dikurangi artinya beban anggaran negara untuk sektor BBM bisa berkurang sehingga bisa digunakan untuk sektor lain yang lebih tepat guna. (kalau melihat sifat rakyat Indonesia kebanyakan, jika berharap subsidi menurun karena sikap hemat rakyatnya sepertinya sulit sekali).
Jadi, sekarang pertanyaannya adalah langsung merujuk ke Anda para pengguna BBM bersubsidi yang protes. NB: sejak mendapat gaji pertama yang cukup penulis berusaha menggunakan selalu pertamax, bensin hanya terpaksa jika kehabisan bahan bakar dijalan, alasan sederhana karena saya tidak mau menjadi beban negara. kembali ke pertanyaan, jadi apakah anda berpikir sebagai suatu kesatuan negara, atau berpikir sebagai pribadi? jika melihat media dan mahasiswa demo yang kebanyakan meneriakan kenaikan BBM tampaknya anda berpikir sebagai pribadi/golongan(ini hanya pendapat saya lho). Adakah media atau demo yang menuliskan di spanduknya NAIKKAN SUBSIDI BBM, NAIKKAN BEBAN NEGARA, NAIKKAN UTANG NEGARA???? ya tidak ada, karena pola pikir kebanyakan orang adalah sebenarnya untuk kepentingan dirinya sendiri? betul ga, tetapi pemikirannya terlalu pendek.
Pada jaman dahulu kala sebelum ada kendaraan bermotor, manusia tetap bisa hidup dan berkembang. Jadi kalau ada yang bilang harga BBM naik = mematikan rakyat saya kira itu pernyataan yang tidak benar. Manusia adalah makhluk yang paling hebat dalam urusan adaptasi. Jika dengan kenaikan BBM saja anda mati berarti memang orangnya susah beradaptasi, dan anda tidak memanfaatkan dan menghargai karunia Tuhan berupa kemampuan adaptasi terhebat dari seluruh makhluk. (sedikit mendramatisir, hehe)

Kemudian mari kita maju sedikit ke jaman penjajahan, ketika para pejuang berani mengorbankan segala sesuatu, meninggalkan anak istri atau pacar, makan seadanya,  berjuang untuk kepentingan negara. Lihatlah para mahasiswa jaman sekarang yang berdemo(tidak semua mahasiswa ya) sampai jatuh korban karena melempari batu dan tombak, dan merusak fasilitas. Hellooooo mas broo, itu yang kena batu pak polisi itu sodara setanah air, ga ngerasa sodara senegara ya? yah kembali ke pertanyaan apakah anda sanggup berpikir sebagai kesatuan NKRI atau pemikiran anda sebatas pribadi. Sebenarnya melihat berita demo menolak kenaikan subsidi kemarin saya menjadi bertanya2 tentang motif mereka yang berdemo. Apakah demo itu memang untuk kepentingan rakyat yang katanya mereka bela sesuai dengan spanduk yang diusung. Atau sebenarnya ada motif pribadi, karena motornya bagus, kalo bensin naik motornya ga jalan, tidak bisa keliling2 kota mencari gebetan, tidak bisa bergaul dengan teman-teman, tidak bisa jalan-jalan tidak jelas, tidak bisa beli bensi untuk campuran minum? Saya sanksi jika mereka memang benar mengutamakan rakyat. Jika yang berdemo itu semua naik sepeda/kuda/sapi/jalan kaki kemana-mana tetapi tetap demo kenaikan BBM untuk kepentingan rakyat mungkin baru saya percaya motif tulus mereka.
 (NB: gambar diatas saya cuma kopi ya gan, silahkan klik gambar untuk sumbernya... hehehe)
Mungkin sebagian dari anda ada yang industri kecil berkata tapi saya menggunakan BBM bersubsidi untuk industri kecil dan mempekerjakan banyak orang. Kembali saya ingatkan sebelum anda protes, BBM naik itu adalah suatu masalah dan kita memiliki karunia berpikir dan adaptasi terhebat, pikirkan dulu solusi dan penyesuaian lain(saya tidak banyak bicara disini karena tidak ada pengalaman wirausaha, hehe).
Satu lagi perbandingan pola pikir. Pola pikir Koruptor: menggunakan uang/fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Jika anda protes kenaikan BBM tapi menggunakan BBM bersubsidi secara boros, tidak bermanfaat untuk banyak orang alias untuk kepentingan pribadi, dan tidak bijaksana bukankah anda sama dengan koruptor?? camkan tindakan anda sendiri dan camkan baik2 jauh di dalam hati anda, apa motivasi anda? untuk pribadikah atau untuk negara? jadi, anda punya mental koruptor atau mental nasionalis? Kalau mental koruptor coba pikir, jika anda karyawan biasa paling habis 10 L bensin dapat menikmati subsidi sebesar 5000 x 10 L(misal subsidi 5000 ya), lalu ada orang kaya habis 100L perbulan, jadi dia menikmati 500ribu perbulan dari uang negara. Artinya, subsidi lebih banyak menguntungkan orang kaya. Jika anda seorang yang biasa-biasa saja dengan pendapatan pas2an tapi protesnya selangit masalah BBM dan anda bermental koruptor, saya bilang anda koruptor yang bodoh, uang kecil aja diributin sampai adu nyawa. Mendingan jadi nasionalis ajaaa.. semoga nasionalis yaa...
Mari masuk ke bagian kesimpulan. Beberapa tahun yang lalu saya mendengar kalimat yang bagus, sepertinya dari greenpeace kalo tidak salah. "think big, act small", berpikirlah besar tetapi beraksi lokal/kecil. jadiii beginiii.. Setiap dari kita pasti sering menonton berita dunia atau nasional, dan selalu berkomentar harusnya begini dan begitu. Saat berkomentar lihatlah diri kita sendiri, siapa kita dan apa yang bisa dilakukan. Jika anda seorang presiden atau gubernur pasti bisa anda melakukan hal yang besar berkaitan dengan isu tersebut. namun bagaimana jika anda seorang karyawan atau mahasiswa? apa yang bisa dilakukan? lakukan hal-hal sederhana yang jika dilakukan oleh banyak orang hasilnya adalah baik sesuai tujuan atau kepentingan orang banyak/negara. Contoh sederhana tentang membuang sampah, pemikiran besarnya: menghindari banjir kota Jakarta, aksi kecilnya adalah membuang sampah di tempatnya, jika ini dilakukan setiap orang di jakarta tentu salah satu faktor banjir sudah teratasi. Bagaimana jika sebaliknya, berpikir kecil: yang penting rumahku bersih, aksinya buang sampah disungai. bayangkan jika setiap orang seperti itu? hasilnya, rumah setiap warga bersih, tapi sungai banyak sampah. Lihat kejadian demo yang sampai jatuh korban dan disiarkan kemarin? Aksi besar bukan? tapi apakah pemikirannya besar juga??. jadiii, mari kita berpikir besar, sebagai satu kesatuan NKRI, dan beraksi kecil, melakukan apa yang bisa kita lakukan di sekitar kita, dengan teman kita, dengan keluarga kita demi kejayaan Indonesia.
LETS THINK BIG AND ACT SMALL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar