Judul buku : Into Thin Air
Pengarang : Jon Krakauer
Penerbit asli : Anchor books, NY
Penerbit terjemahan : Qanita
Tahun : 1997
Sebuah
kisah nyata mengenai pendakian ke puncak Everest yang dialami oleh Jon
Krakauer. Jon Krakauer adalah seorang kontributor majalah Outside,
dan tentu saja seorang pendaki gunung. Berbagai tulisan tentang
penjelajahan alam telah ditulisnya dan muncul di berbagai majalah
terkenal. Ia menceritakan kembali kisah perjalanannya ke puncak Everest
karena merasa tidak puas dengan tulisan yang telah ia buat untuk Outside dan untuk menghilangkan pengalaman pahit dan perasaan tidak enaknya terhadap Everest.
Di
awal kisah pembaca akan diperkenalkan dengan yang namanya Everest, dari
mulai penemuannya pada tahun 1852 hingga penaklukannya 101 tahun
kemudian. Everest, yang oleh orang Sherpa(suku asli yang tinggal di kaki
gunung Everest) dinamakan Sagarmatha telah membius banyak pendaki dari
seluruh penjuru dunia untuk menaklukkannya. Sagarmatha yang berarti Dewi
Langit sangat dihormati oleh orang-orang Sherpa yang beragama Budha,
setiap pendakian akan ada upacara terlebih dahulu.
Jon
Krakauer adalah salah seorang pendaki yang juga terbius untuk
menaklukkan sang Sagarmatha. Namun keinginan itu terbenam melihat
besarnya dana dan resiko yang harus ditanggung apalagi dengan
kehidupannya sekarang yang sudah nyaman. Namun, kesempatan itu muncul
ketika Outside menawarkannya untuk mendaki bersama pemandu kawakan untuk melaporkan kisah perjalanan pendakian ke puncak tertinggi di dunia.
Awalnya
sedikit membingungkan ketika Jon membawa pembaca melompati waktu dari
kisah Everest lalu ke puncak Everest dan kembali ke saat ketika dia
ditawari Outside. Kebingungan yang berakhir pada pengambilan
kesempatan itu membuat Jon mempersiapkan fisiknya untuk mendaki, bukan
hanya untuk menjadi wartawan namun menjadi salah satu klien dari
perusahaan pendakian yang ada. Everest kini menjadi semacam komoditas
dimana ada berbagai perusahaan yang menawarkan pengalaman mendaki
Everest dengan pemandu dan para Sherpa dengan harga minimal 65ribu
dollar saat itu. Setelah usaha penaklukan Everest banyak warga Sherpa
yang menjadi anggota tim pendaki untuk sekedar membawakan barang atau
membantu hingga puncak.
Tiba
di Nepal Jon bergabung dengan anggota tim lainnya yang sama sekali
belum kenal dan akan menjadi 1 tim dalam pendakian yang berbahaya. Dari
sini Jon menjelaskan dengan detail segala persiapan yang dilakukan
sebelum melakukan pendakian hingga persiapan sebelum ke puncak.
Perjalanan menuju basecamp yang cukup sulit, dan program
aklimatisasi untuk adaptasi tubuh mereka terhadap udara tipis yang
miskin oksigen diatas sana. Dari program aklimatisasi itupun sudah
membuat beberapa pendaki kelelahan. Banyak resiko yang ditanggung
pendaki disana dari hal mekanis karena tempat yang terjal dan bersalju,
hingga berbagai penyakit akibat ketinggian seperti HAPE(High Altitude Pulmonary Edema) dan HACE (High Altitude Cerebral Edema) serta frozen bite akibat udara yang terlalu dingin.
Setelah
selesai program aklimatisasi dan pembagian giliran dengan tim lain
untuk tanggal pendakian, meski akhirnya ada yang tidak patuh, akhirnya
tiba waktunya tim Jon untuk mendaki tanggal 10 Mei 1996. Segala
perjuangan, kerja sama, aturan, dan resiko menuju puncak dia ceritakan
dengan detail, masa ketika dinginnya udara membuat mereka tak bisa
berpikir cepat.
Pada
akhirnya Jon mencapai puncak, namun ini bukan klimaks cerita yang ingin
disampaikan Jon. Perjalanan turun lebih sulit dan beresiko daripada
naik. Dalam perjalanan turun inilah berbagai kejadian menegangkan
terjadi. Badai yang menyerang membuat perjalanan makin sulit, masa
ketika mereka bisa salah mengenali orang, ketika jalan tidak terlihat
dan anggota tim lain sudah terlalu lemah. Ketika itu anggota tim
sebagian sudah terpencar. Jam turun yang sudah ditetapkan dilanggar.
Tindakan orang anggota tim lain yang terlihat egois. Pilihan antara
menolong orang lain atau menyelamatkan diri. Tindakan heroik untuk
menerjang badai mencari anggota tim yang lain. Semangat hidup yang
membuat seorang yang dianggap tidak akan bertahan ternyata bangun lagi
dari komanya dan berdiri sekalipun tangan dan wajahnya membeku. Dalam
kondisi ini setiap detik sangat berarti.
Setelah
sampai di camp akhirnya diketahui delapan rekan mereka tewas termasuk
sang pemandu yang tersohor. Saat Jon sadar bahwa ia salah mengenali
orang, masing-masing dari mereka yang bertahan sadar ada kesempatan
untuk menolong orang yang sebenarnya tadinya berada dekat jalurnya.
Kejadian itu telah tersebar, dan begitu sampai di basecamp dan hotel
tempatnya menginap ia langsung dihadapkan banyak wartawan dari berbagai
negara yang menginginkan kisah perjalanannya yang maut dan menyisakan
banyak kesedihan. Perjalanan yang menelan cukup banyak korban ini tidak
membuat kapok manusia, beberapa hari sesudahnya beberapa tim penaklukan
mulai mendaki dari jalur yang berbeda, dan juga menelan korban.
Kisah
Jon tidak berakhir sampai disitu, segala hal yang telah terjadi terus
menghantui hidupnya. Ketakutannya ketika harus berhadapan dengan istri
dan keluarga teman sependakiannya yang telah tewas. Dan kisah ini ia
akhiri dengan berbagai akibat yang telah ditimbulkan pendakian everest
terhadap beberapa pendaki dan keluarga yang telah ditinggalkan.
Kemudian
apakah benar bahwa bencana itu terjadi karena kelakuan para klien yang
menodai kesucian sang Sagharmata seperti yang dipercayai para Sherpa
atau murni karena kecerobohan manusia? Apakah akhirnya Jon bisa
mengatasi ingatannya akan Sagharmata?
Banyak
inspirasi yang datang dari kisah ini, ketika kebijakan pengambilan
keputusan lebih dibutuhkan daripada pencapaian puncak. Penyadaran bahwa
kita mencari sesuatu yang berharga dan ternyata itu adalah yang kita
tinggalkan dalam pencapaian puncak itu. Temukan lebih banyak lagi dengan
membacanya dan jangan lupa berikan komentarmu
*NB: artikel ini merupakan kopi dari artikel saya dari blog yang lain yang akan ditutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar