Halaman

Tampilkan postingan dengan label penyakit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penyakit. Tampilkan semua postingan

Kamis, 16 Januari 2014

Flu Singapura aka Penyakit Tangan Kaki Mulut

     Akhir-akhir di tempat kerja saya menemui beberapa orang tua membawa anaknya ke tempat saya bekerja di Panti Rahayu dengan keluhan demam dan muncul bercak-bercak merah di tangan dan kakinya. Beberapa dari mereka menanyakan tentang flu singapura, apakah benar bahwa anaknya terkena flu singapura. Saya berada di Bali, tempat dimana banyak wisatawan asing dari berbagai belahan bumi menjelajahi pulau kecil ini, tentu saja penyakit-penyakit semacam flu singapura juga bisa saja dengan mudah menyebar disini.

Selasa, 25 September 2012

Kaki Pengkor dan Metode Ponseti


       Baru saja saya mendapatkan ebook gratis dari seorang teman yang telah mengikuti sebuah pelatihan mengenai orthopedi. ebook tersebut berjudul "Kaki Pengkor: Penanganan dengan metode Ponseti". Berikut saya sertakan link untuk download disini, semoga dapat membantu sejawat dokter yang praktek di daerah dimana kekurangan spesialis bedah atau orthopedi.
     Kaki pengkor atau biasa disebut Club foot  dalam bahasa Inggris adalah kondisi yang dialami bayi baru lahir dimana kakinya menekuk ke dalam. Dr. Ponseti mengembangkan metodenya lebih dari 50 tahun yang lalu dantelah merawat ratusan bayi dengan metode ini.

     Ebook ini sudah dalam bahasa Indonesia dengan penterjemah dr. Anung Budi Satriadi, Sp.OT. Di dalamnya dijelaskan dengan lengkap mengenai kaki pengkor dan metode ponseti, cara penanganan, bahan2 bahkan berbagai kesalahan yang sering dilakukan ada di dalamnya.
     Ebook ini di sponsori oleh  www.global-help.org.
     Semoga bermanfaat.

Kamis, 21 Juli 2011

Retensi Urin Akut

Retensi urin akut merupakan emergensi di bidang urologi yang paling banyak ditemui. Kebanyakan pasien laki-laki berumur lebih dari 60 tahun, dan kebanyakan disebabkan karena BPH[Benign Prostate Hyperplasia,*pembesaran kelenjar prostat yang jinak]. Pada laki-laki berumur 70 tahun insidensinya 10 persen dan pada umur 80 tahun meningkat menjadi sepertiganya.

ETIOLOGI/PENYEBAB
Retensi urin akut umumnya merupakan proses sekunder dari obstruksi, namun dapat juga disebabkan karena trauma, masalah neurologis, pengobatan, infeksi dan masalah psikologis. Pada pasien tua umumnya beberapa proses saling berinteraksi. Penyebab yang paling sering untuk retensi urin akut ini adalah berdasarkan urutan seringnya:
  1. BPH
  2. Konstipasi(sulit BAB)
  3. Kanker Prostat
  4. Striktura di uretral(bekas luka di saluran kemih)
  5. Pos operasi
  6. Penyakit neurologis
  7. Obat
  8. Infeksi saluran kencing
  9. Urolithiasis(batu di saluran kencing)
Faktor lain yang dapat berhubungan dengan retensi urin akut:
  • Keganasan - tumor di kandung kemih, keganasan lain yang menekan korda spinalis(saraf)
  • Phimosis dan paraphimosis
  • Massa di pelvis
  • Infeksi genitourinari - prostatitis akut, abses perianal, uretritis
  • infeksi lain - herpes genital, varisella zooster
  • Lain-lain - manipulasi anorektal, salah pemasangan kateter
 Patofisiologi/proses yang terjadi pada retensi urin:
  1. Obstruksi aliran keluar. Aliran urin dihalangi oleh obstruksi yang disebabkan karena faktor mekanik dan/atau dinamik. Faktor mekanik mengacu pada penyempitan saluran kemih dan berhubungan dengan volume prostat, massa, atau adanya striktura. Faktor dinamik mengacu pada tekanan di dalam saluran kemih. Ketika terdapat faktor mekanik berupa BPH, maka faktor dinamiknya berupa tonus kapsular prostat dan tonus otot kelenjar prostat tersebut.
  2. Gangguan neurologis. Retensi urin akut berkembang secara sekunder karena adanya gangguan nervus sensris dan motoris ke muskulus detrussor. Hal ini terjadi pada luka corda spinalis, penyakit neurologis progresif, neuropati diabetik, kecelakaan serebrovaskular, abses epidural dan metastasis epidural. Proses yang terjadi bisa karena kurangnya relaksasi otot sfingter vesika atau kurangnya kontraksi otot detrusor.
  3. Overdistensi. Terjadi ketika suatu kejadian yang memicu distensi kandung kemih akut dengan kontraksi otot detrusor tidak efisien. Kemudian dilakukan misalnya: tes cairan, distensi kandung kemih selama anestesi umum atau analgesi epidural tanpa pemasangan kateter.
  4. Pengobatan. Obat-obat yang menyebabkan retensi urin umumnya dari golongan antikolinergik dan simpatomimetik. Retensi urin karena obat ini sering terjadi pada pasien pos operasi dan pasien laki-laki tua dengan infeksi saluran nafas atas.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya retensi urin ini, biasanya mengarah pada BPH, adalah:
  • Usia - lebih dari 70 tahun
  • Skoring gejala - bisa menggunakan IPSS(International prostate symptom score)
  • Volume prostat - >30mL pada pemeriksaan USG prostat
  • Kecepatan aliran urin - <12ml/dtk
  • Peningkatan kadar PSA - >2,5
 Penampakan klinis yang dapat dilihat biasanya pasien merasa sakit atau tidak nyaman di bagian abdomen bawah atau suprapubik. Kejadian berlangsung secara akut(dalam beberapa jam, bukan hari). Pasien merasa tidak nyaman bahkan distres. Manifestasi ini biasanya tidak muncul pada retensi urin kronis, karena pada retensi urin kronis kurang terasa nyeri.

Evaluasi yang dilakukan pada pasien retensi urin akut dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab.
Anamnesis harus fokus pada riwayat retensi sebelumnya, operasi, kanker prostat, radiasi, trauma. Pada riwayat penyakit sekarang perlu digali informasi mengenai adanya hematuria(darah di urin), disuria, demam, nyeri punggung bawah, gangguan neurologis, rash. Pada pasien yang lebih muda, riwayat kanker, riwayat penggunaan obat IV, nyeri punggung bawah dan gangguan neurologis mengarahkan pada kompresi korda spinalis.
Pemeriksaan fisik harus meliputi hal-hal berikut. Palpasi abdomen bawah: teraba kandung kemih, palpasi dalam di suprapubik akan memacu rasa tidak nyaman. Pemeriksaan rektal, baik laki-laki maupun perempuan untuk menilai massa, pemadatan fecal, tonus sfingter ani, dan sensasi perineal. Pemeriksaan pelvis, terutama pada wanita. Pemeriksaan neurologis: kekuatan, sensasi, refleks, dan tonus otot.
Pemeriksaan lab yang penting adalah urinalisis dan kultur urin meskipun untuk mendapatkan sampelnya harus pasang kateter terlebih dahulu. Pemeriksaan lain untuk mengarahkan misalnya darah lengkap untuk infeksi, elektrolit dan kreatinin serum jika obstruksi lama, USG untuk massa pelvis.


to be continued.......

Jumat, 15 April 2011

KATARAK

Kata katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract, dan bahasa Latin Cataracta yang berarti air terjun. Air terjun berwarna putih, dan pada katarak penglihatan kabur seperti tertutupi air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keasaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau karena kedua-duanya. Penyebab katarak diantaranya genetik, kongenital, metabolik, traumatik, toksik dan senilis. Senilis adalah yang paling sering dijumpai dan berkaitan dengan proses degenerasi(penuaan). Katarak timbul karena sel lensa mata sangat rentan terhadap gangguan baik mekanik maupun hilangnya susunan kimia lensa, sedang sel lensa tidak mengalami pergantian dan dipertahankan selama hidup.

Epidemiologi
Di Indonesia katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling banyak, begitu juga di dunia. Saar ini setengah dari 45 juta kebutaan yang terjadi disebabkan oleh katarak. Di Indonesia pada tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan karena katarak sebesar 0,67%. Pada tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Tahun 2005 dilaporkan bahwa daerah pedesaan di Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di daerah Asia tenggara.

Selasa, 12 April 2011

Katarak dan Terapinya

            Katarak adalah suatu kondisi dimana lensa mata yang tadinya jernih dan bisa ditembus cahaya menjadi keruh. Katarak biasanya berkaitan dengan penuaan. Katarak menyebabkan penurunan fungsi penglihatan dan kebutaan. Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia.
              Gejala katarak:
  •  Pandangan kabur, berkabut seperti melihat melalui mobil yang berembun.
  • Ukuran kacamata seperti berubah.
  • Pada siang hari merasa silau, cahaya berlebihan.
  • Penglihatan ganda pada saat mengemudi malam hari.
Terapi Bedah Katarak:

1. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular(EKEK)
Tindakan bedah lama  dengan membuat irisan lebar untuk mengganti lensa mata dengan lensa intraokuler yang tidak dapat dilipat. Irisan kemudian dijahit dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk penyembuhan.

2. Small Incision Cataract Surgery
 Operasi katarak dengan bedah insisi kecil  dan menggunakan jahitan yang minimal. menggunakan lensa intraokular yang tidak dapat dilipat dan dimasukkan melalui lubang irisan yang normal. Waktu penyembuhan tidak terlalu lama.

3. Phacoemulsifikasi
Tehnik operasi  katarak phacoemulsifikasi merupakan tehnik yang paling baru tanpa memerlukan penjahitan dengan lubang yang dibuat sekecil 3 mm di sisi kornea. Getaran ultrasonik akan menghilangkan katarak. Lensa intraokular yang dapat dilipat dimasukkan melalui insisi kecil tersebut. Waktu pemulihan sangat singkat.

4. Yag Laser
Untuk mengatasi katarak sekunder.

Rabu, 06 April 2011

GLAUKOMA

Galukoma adalah suatu penyakit mata dimana terjadi neuropati optik(kerusakan saraf penglihatan) yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang dan dapat ditemui tanda patologis pada papil diskus optikus. Fase akhir dari penyakit ini adalah kebutaan. Penyakit ini kebanyakan berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler(TIO) sehingga banyak yang menyalahartikannya sebagai peningkatan TIO itu sendiri. Sebenarnya terdapat 3 faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian glaukoma:
·         Tekanan intraokular
·         Disregulasi vaskular
·         Tekanan darah sistemik

Diseluruh dunia terdapat 70 juta penderita glaukoma dan 7 juta diantaranya mengalami kebutaan. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbanyak di negara-negara berkembang, di Indonesia setelah katarak. Deteksi awal glaukoma merupakan prioritas dalam sistem kesehatan.

Proses terjadinya glaukoma masih belum diketahui dengan jelas. Kerusakan yang terjadi pada saraf mata bisa terjadi secara mekanik dan/atau vaskular. Pada beberapa kasus peningkatan TIO merusak nervus optikus secara mekanik mendesak nervus optikus sehingga cekung dan tampak lamina cribosa. Pada kasus lain penurunan aliran darah menuju mata menjadi penyebab kerusakan nervus optikus. Hal ini terjadi pada penurunan tiba-tiba tekanan darah misalnya pada kehilangan darah atau syok. Anemia juga menyebabkan iskemia pada nervus optikus. Vasospasme lokal menurunkan perfusi dan menyebabkan iskemia pada pasien glaukoma dengan TIO rendah.

Sejak dulu glaukoma dibedakan berdasarkan pemeriksaan gonioskopi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Lebih jauh lagi terdapat klasifikasi primer dan sekunder. Disebut primer jika tidak diketahui penyebab peningkatan TIO. Glaukoma sekunder terjadi jika patogenesis glaukoma disebabkan hal lain, misalnya pseudoeksfoliatif, uveitis, glaukoma pigmen.


Lang, Ophthalmology, 2nd edition. 2006.

Pemeriksaan pada glaukoma
Iluminasi obliq pada kamera okuli anterior(KOA).
Kamera okuli anterior disinari dari arah samping ke iris. Pada mata dengan kedalaman kamera okuli anterior yang normal, maka seluruh bagian iris akan terkena cahaya. Hal ini menandakan KOA dengan sudut terbuka. Pada mata dengan KOA dangkal dan sudut yang menyempit atau tertutup, maka akan ada bagian dari iris yang tidak terkena cahaya.

Pemeriksaan dengan slit lamp.
Kedalaman KOA baik daerah sentral maupun perifer harus dievaluasi berdasarkan ketebalan kornea. KOA dengan kedalaman daerah sentral kurang dari 3x ketebalan kornea dan kedalaman perifer kurang dari ketebalan kornea menunjukkan sudut yang sempit. Gonioskopi merupakan pemeriksaan untuk evaluasi lebih lanjut jika ditemukan tanda sudut yang sempit. Gonioskopi merupakan alat untuk evaluasi KOA yang ditempelkan langsung ke kornea dan bisa melihat sudut iris-lensa.

Pemeriksaan TIO
Batas TIO yang normal dengan abnormal tidak begitu jelas. Rata-rata TIO normal adalah 16 mmHg dengan standar deviasi 3 mmHg. Peningkatan TIO merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma. 5 % dari orang dengan TIO >21mmHg menderita glaukoma.
Palpasi merupakan pemeriksaan awal. Perbandingan palpasi kedua bola mata dapat mendeteksi peningkatan TIO. Jika pemeriksa dapat melekukkan bola mata pada palpasi yang berfluktuasi, TIO<20mmHg. Jika bola mata tidak kenyal dan sekeras batu, itu merupakan tanda TIO sekitar 60-70mmHg
Tonometri Schiotz. Alat ini mengukkur derajat kedalaman kornea dapat ditekuk pada pasien yang berbaring. Semakin rendah TIO maka semakin dalam pin tonometri menekuk kornea. Pemeriksaan tonometri ini kadang hasilnya tidak sesuai. Misalnya, kekakuan sklera berkurang pada mata miopoa, dimana menyebabkan pin tonometri menekuk lebih dalam. Maka dari itu pemeriksaan ini sering digantikan dengan tonometri aplanasi.

Tonometri aplanasi.
Pemeriksaan ini merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengukur TIO. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan pasien duduk(metode Goldmann) atau pasien berbaring(metode Draeger). Pemeriksaan ini menggunakan slit lamp dan tonometer. Setelah pemberian anestesi tetes yang mengandung fluoresensi, ujung tonometer ditempatkan pada kornea. Kornea didatarkan(aplanasi) seluas 7,35 mm. Tekanan eksternal yang dibutuhkan sesuai dengan TIO. Dilihat melalui slit lamp. Tekanan dibaca ketika kedua menisci dalam pada fluoresen bersentuhan.

Oftalmoskopi diskus optikus.
Diskus optikus secara fisiologis memiliki lekukan yang disebut sebagai “optic cup” atau cup disk. Pada peningkatan TIO yang persisten, cup disk ini melebar dan dapat dilihat melalui oftalmoskopi. Pemeriksaan stereoskopi cup disk melalui slit lamp biomikroskop ditambah lensa kontak menyediakan gambaran 3 dimensi. Pemeriksaan dilakukan dengan pupil dilatasi.
Cup disk yang normal bervariasi lebarnya. Normal cup disk selalu bulat, berbeda dngan cup disk pada glaukoma yang tampak memanjang secara vertikal.


Pengobatan pada glaukoma
Obat-obatan yang digunakan pada kasus glaukoma adalah:
·         Miotik
            Menyebabkan kontraksi pada otot longitudinal pada korpus siliaris, yang menempel pada sklera di anterior dan koroid di posterior. Ketika kontraksi ia menarik sklera ke belankang, membuka ruang antara trabecular meshwork dan secara mekanik meningkatkan kapasitas pembuangan aqueous.
·         Agonis adrenergik
            Epinefrin dan dipiverin menurunkan produksi aqueous dengan cepat, tetapi aksi utamanya adalah dengan meningkatkan pembuangan melalui trabecular meshwork.
·         Beta blocker dan inhibitor anhidrase
            Menurunkan produksi aqueous.
·         Analog prostaglandin
            Meningkatkan pembuangan melalui saluran uveosklera. Aqueous diserap ke dalam wajah melalui corpus siliaris atau ke dalam trabecular meshwork dan kemudian mengalir ke posterior mengelilingi serabut otot longitudinal pada corpus siliaris posterior. Aqueous diserap melalui koroid atau melewati sklera.
·         Agen hiperosmotik
            Meningkatkan osmolaritas darah, sehingga menarik cairan dari kamera okuli posterior ke dalam vasa darah di corpus siliaris.

 Video:


Referensi
Lang, Gerhard K. 2006. Ophthalmology, A Pocket Textbook Atlas. New York: Thieme Stuttgart.
Vander, James F., dan Janice A. Gault. 2007. Ophthalmology Secrets 3rd Ed. Philadelphia: Mosby Elsevier Inc.
Youtube Courtesy

Kamis, 31 Maret 2011

DERMATITIS DISHIDROTIK

Sinonim: pomfoliks, vesicular palmar eczema

Definisi:
Dermatitis/ekzema endogen yang ditandai dengan adanya vesikula yang dalam, mengenai telapak tangan, kaki, dan sisi jari-jari, biasanya simetris dan bilateral. Dermatosis terjadi akut, kronik, maupun rekuren.
Lokasinya sering pada tempat yang banyak keringat(hiperhidrosis), maka diduga penyebabnya adalah keringat (dishidrotik). Secara histologi dijumpai vesikel penuh berisi cairan di epidermis.
Penderita biasanya memiliki riwayat atopik, lebih sering pada dewasa muda baik laki-laki atau perempuan.

Manifestasi Klinis:
Pada stadium akut terdapat banyak vesikel berisi cairan yang muncul tiba-tiba. kadang vesikel berkelompok dan membentuk bula.
Stadium kronik kulit menjadi kering dan bersquama.

Diagnosis Banding:
o   Dermatifitidà dermatitis sekunder yang terjadi karena infeksi jamur.
o   DKI à DKI dapat menjadi faktor pencetus pomfoliks, biasanya mengenai dorsum manus dan sela jari.
o   Psoriasis Pustular à biasanya melibatkan kuku, batasnya jelas dan tidak begitu gatal.
o   Pomfoliks à lokasi terutama telapak dan pinggir lateral jari.

Pemeriksaan penunjang:
Ø  Kultur bakteri: untuk menyingkirkan infeksi S. Aureus
Ø  Preparat KOH: untuk menyingkirkan dermatofitosis epidermal
Ø  Dermatopatologi: inflamasi eksema(spongiosis dan edema intraepidermal) dengan vesikel intraepidermal

Prognosis
Serangan rekuren. Remisi spontan dalam 2-3 minggu. Interval serangan minggu hingga bulan.
Infeksi sekunder bisa menjadi komplikasi perjalanan: pustul, krusta, selulitis, lymphangitis, dan limphadenopathy.


Terapi
o   Untuk tahap vesikuler: Burow’s wet dressing. Bula yang luas dialirkan dengan tusukan tanpa membukanya.
o   Fisura: aplikasi topikal dari collodion lunak.
o   Astrigen untuk mengeringkan kulit.
o   Emolien pada lesi kulit yang kering.
o    Kortikosteroid 
  • Topikal: glukokortikoid kuat dengan dresing oklusif selama 1-2 minggu 
  •   Injeksi intralesi: triamsinolon 3mg/mL, efektif untuk area yang kecil. 
  •    Antibiotik Sistemik: suspek infeksi sekunder pada lesi.

Senin, 28 Maret 2011

Tanya Jawab IUGR

Pertanyaan
1.      Apa yang dimaksud dengan IUGR?
2.      Bagaimana penatalaksanaan kasus IUGR?
3.      Komplikasi apa saja yang bisa terjadi pada janin dengan IUGR?

Jawaban
1.                  Intrauterine Growth Restriction(IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat(PJT) dalam bahasa Indonesia mengacu pada janin dengan berat badan di bawah presentil ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low birth weight untuk masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu kondisi dimana janin tidak dapat mencapai ukuran genetik yang optimal.
            IUGR dibagi menjadi IUGR simetris dan asimetris. Pada IUGR simetris pertumbuhan seluruh organ berkurang secara proporsional, hal ini lebih dikarenakan faktor endogen yang menyebabkan gangguan hiperplasia sel fetus.

2.                  Langkah pertama dalam menangani IUGR adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin IUGR atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien IUGR dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
            Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin IUGR.
Tatalaksana kehamilan dengan IUGR bertujuan adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
  1. IUGR pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan.
  2. IUGR jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR. Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu.
b. Tatalaksana khusus : pada IUGR yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan: pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada IUGR karena umumnya IUGR banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
3.                  Kondisi bayi. Janin dengan IUGR memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). IUGR yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya IUGR simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan IUGR asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.